Minggu, 01 September 2013



ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Psikologi pekembangan
Nama kelompok:
                Abdur rohkim
            Dwi pusparini
            Jahratul majida
            Nur afifah
            Widia
            Yulianti putri
                       
                               
TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Kumpulan fakta yang di ikat oleh suatu hukum tertentu akan menjadi pandangan yang berlaku umum Kemudian di sebut sebagai teori.Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat formal (MILLER;1989) Yaitu:
    

            Teori-teori psikologi perkembangan yang dapat membantu memahami perkembangan manusia, khususnya tingkah laku manusia yaitu:
      Mekanisme Pertahanan Diri
    
     Bahaya yang dating dari Id dan lingklungan dapat menimbulkan kecemasan, oleh karena itu sedapat mungkin ego dapat mengatasi secara realistis dengan menggunakan kemampuan dan keteramp[ilan pemecahan masalah yang dimiliki. Apabila bahaya itu berlebihan dan mengancam ego, maka dipergunakan mekanisme pertahanan diri.
     Mekanisme pertahanan diri yang lazim digunakan adalah:
       1)  Regresi
       2)  Proyeksi
       3)  Reaksi formasi
       4)  Represi
       5)  Sublimasi
       6)  Fiksasi
             Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu:
         Bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian.
              Bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
                - Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )
- Tahap anal (  usia 1-3 tahun )
 - Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
             - Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
- Tahap genital ( masa remaja)

        Tingkat perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat metode, yaitu :
1).  Periode sensori motor ( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
2).  Periode praoperasional ( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
3).  Periode operasional konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
4).  Periode operasional formal ( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )

                       
                        Proses tersebut kemudian menjadi dasar bagi munculnya tingkah laku yang sesuai dengan  apa yang telah diamati (Gunarsa, 1981). Individu mengamati perilaku tertentu melalui empat fase seperti yang dikemukakan oleh Bandura (1973), Gunarsa (1981), dan Gage dan Berliner (1984) sebagai berikut :
a. Fase memperhatikan (attention)
b.  Fase menyimpang (retention)
c. Fase mereproduksi (reproduction)
d.  Fase motivasi (motivation)
Beberapa pendapat para ahli tentang perspektif humanistik
a.      Abraham Maslow
                        Berbeda dengan psikolog yang biasanya berkutat dengan masalah-masalah psikologis yang diderita oleh para klien, perhatian Maslow malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang sehat secara mental. Maslow (1968, dalam  Berger 1983 : 42) menyatakan bahwa “sifat manusia tidaklah seburuk seperti apa yang dipikirkan selama ini, dan sebaiknya kita bertolak dari sudut pandangan bahwa sebagian besar manusia adalah sehat”.
                        Maslow beranggapan bahwa manusia bukanlah hanya sekedar salah satu jenis binatang, melainkan adalah makhluk yang lebih tinggi derajatnya.
                        Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan menikmati hidup, termasuk pada waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan yang disebut Maslow sebagai pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa hidup dalam harmoni dengan Tuhan, alam, dan atau manusia lainnya
b. Carl Rogers
                        Rogers setuju dengan Maslow yang menyatakan bahwa semua orang, bahkan juga kanak-kanak, selalu berusaha untuk mengaktualisasikan potensi mereka atau dengan perkataan Rogers mencoba menjadi manusia yang berfungsi penuh ( a fully functioning human being) (Rogers, 1981 dalam Berger 1983 ; 44).           Rogers percaya bahwa setiap manusia mempunyai suatu ideal self  atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, dengan cara meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan kedua, dengan cara memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih jujur dan realistic.
Thank you!
www.themegallery.com