SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN (BETINA)
![]() |
Nama Kelompok : 1. Abdul Rokhim
2. Ayu Indah Lestyani
3.
Dea Refnyantie
4. Dewinta Sari Sunarya
5. Dwi Pusparini
6. Grendy Utama
7.
Jahratul Majida
8.
Linda Wati
9.
Roby Yahya
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
JAKARTA
2013
A.
Mekanisme
Reproduksi
Reproduksi pada hewan dapat terjadi
secara seksual maupun aseksual. Konsep reproduksi aseksual tidak dapat
didefenisikan dengan tepat (karena terlalu banyak variasi), tetapi jelas bahwa
proses ini tidak berkaitan dengan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual
pada hewan invertebrata terjadi dengan cara :
ü Membelah
diri (pembelahan biner), yaitu pembelahan
diri dari satu sel menjadi dua sel baru. Misalnya, terjadi pada Protozoa.
ü Fragmentasi,
yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan selanjutnya membentuk koloni
sel baru. Misalnya, terjadi pada Volvox.
ü Sporulasi
atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium (penyebab malaria) pada fase oosit.
Oosit akan membelah dan selanjutnya akan menghasilkan sporozoit.
ü Pembentuhan
tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifera
ü Dengan
regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya bagian tadi dapat tumbuh
menjadi individu baru yang lengkap. Misalnya pada Planaria dan Bintang Laut
Pada reproduksi seksual tidak selalu
terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk individu baru tanpa
adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara seksual pada hewan invertebrata
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
ü Tanpa
pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat
tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
ü Dengan
pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
·
Konjugasi, ini terjadi
pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya Paramecium.
·
Anisogami, yaitu
peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya peleburan
mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di
dalam rahim.
Sedangkan pada Vertebrata hanya dapat
berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui peleburan antara ovum dan
spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di
dalam tubuh. Bila terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya
pada ikan dan katak. Bila pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut
fertilisasi interna. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat
dibedakan atas:
ü Ovipar
(bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio
berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan
dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
ü Ovovivipar
(bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio berkembang
dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar tidak
mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur
tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh
induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa
jenis ular.
ü Vivipar
(beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio berkembang di dalam
tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantaraan
plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan menyusui lainnya.
B.
Susunan
Fungsional Organ Reproduksi pada Hewan
Pada hewan yang masih primitif, jaringan
yang menghasilkan sel gamet tersusun menyebar (difus). Jaringan ini terdiri
atas sejumlah sel lokus yang berfungsi untuk perbanyakan sel kelamin. Pada
hewan yang perkembangannya sudah lebih maju, bentuk dan lokasi gonad sudah
lebih jelas, terletak simetris bilateral, dan biasanya merupakan organ
berpasangan.
Kadang-kadang salah satu gonad mengalami
degenerasi, seperti yang ditemui pada burung betina. Pada hewan ini, ovarium
yang berkembang hanya bagian kiri, sedangkan burung jantan tetap memiliki
sepasang testis.
Ovarium dan testis merupakan organ
penghasil gamet yang terbentuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel
khusus, yaitu sel benih primordial, yang terdapat dalam gonad (ovarium atau
testis). Gamet ini selanjutnya akan berkembang menjadi sel benih.
C.
Gametogenesis
pada Hewan (Betina)
Gametogenesis pada
hewan betina disebut oogenesis. Oogenesis adalah proses pembentukan gamet
betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya
perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum), yang akan mengalami pemasakan
sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Umumnya tahap-tahap oogenesis serupa dengan
spermatogenesis.
Sel induk telur
(oogonium) menjadi
besar sebelum membelah secara meiosis. Sel yang menjadi besar ini disebut oosit
primer. Akan tetapi, dibandingkan spermatogenesis, ada dua perbedaan utama pada
oogenesis. Pertama, sel oosit primer jauh lebih besar karena mengandung
komponen sitoplasmik lebih banyak. Kedua, dua oosit sekunder (hasil pembelahan
meiosis I) berbeda ukuran dan fungsi. Salah satu sel oosit sekunder memiliki
ukuran lebih besar. Sel oosit sekunder yang berukuran lebih besar ini akan
melakukan meiosis II yang hanya akan menghasilkan satu uvum (sel telur) yang
sehat dan fungsional dan satu badan kutub yang akan mengalami degenerasi.
Sedangkan sel oosit sekunder yang berukuran lebih kecil (badan kutub pertama)
juga mengalami degenerasi (mati). Dengan demikian, dari total empat sel haploid
hanya satu sel haploid saja yang fungsional menjadi sel ovum, sedangkan tiga
sel lainnya mengalami degenerasi.

D.
Sistem
Reproduksi pada Vertebrata (Betina)
1.
Pisces
a.
Ovarium pada
Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen.
Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe
ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
b.
Saluran reproduksi
Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior
dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada
Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada
bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak
memiliki kloaka.
2.
Amphibi
a.
Ovarium berjumlah
sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning
(korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica
gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan
oleh mesovarium.
b.
Saluran reproduksi,
oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan
yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum
abdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus
mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
3.
Reptil
a.
Ovarium berjumlah
sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya
tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b.
Saluran reproduksi,
oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai
ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler,
bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur,
kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan
menghasilkan cangkang kapur.
4.
Aves
a.
Ovarium. Selain pada
burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di
bagian dorsal rongga abdomen.
b.
Saluran reproduksi,
oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung,
dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa
bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang
mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di
posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus
yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland
untuk menghasilkan cangkang kapur.
5.
Mamalia
a.
Ovarium berjumlah
sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di dalam rongga pelvis.
b.
Saluran reproduksi, pada
monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang uterus yang mensekresikan
bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka. Pada
mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus, dan vagina. Bagian
anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka kearah rongga
selom.
Ada 4 macam tipe uterus:
ü Dupleks : uterus
kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina.
ü Bipartil : uterus
kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satui lubang.
ü Bikornuat : bagian
uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu
lubang.
ü Simpleks : semua
uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.
E.
Fertilisasi
Proses fertilisasi mulai bila sperma
benar-benar melekat pada telur. Untuk itu, sperma melepaskan enzim pencerna
yang membuat lubang pada lapisan protein pelengkap dan pada beberapa spesies
pada sel-sel folikel saja, yang biasanya menyelubungi telur. Kemudian sel
sperma memasuki telur. Telur dalam hal ini terlihat memainkan peran penting,
karena sperma terlihat tertarik kedalam. Masuknya sperma di ikuti oleh suatu
perubahan cepat dan dramatik dalam telur itu sendiri. Unsur sitoplasmanya di
susun kembali dengan cepat. Pada katak, granula-granula tertentu dalam
sitoplasma terlihat pada permukaan telur dalam pita yang di sebut bulan sabit
kelabu.
Pada banyak telur, perubahan yang
terjadi karena masuknya sebuah sperma, ialah dengan cepat merintangi masuknya
sperma lainnya. Bagaimana ini terjadi tidak sepenuhnya diketahui. Pada hewan
dengan telur besar, seperti reptilia, burung dan cungur bebek platikus, hal itu tidak terjadi sama
sekali. Meskipun banyak sperma dapat masuk kedalam telur-telur ini, hanya satu
memberikan nukleusnya (intinya) pada bakal zigot. Pada setiap kasus, masuknya
sebuah sel sperma juga merangsang menyelesaikan pembelahan meiosis ke 2 , dan
terbentuklah sebuah badan kutub kedua.
Peristiwa terakhir dalam fertilisasi,
ialah ketika kepala sperma mambesar membentuk sebuah “pronukleus” dan bergerak
ke “pronukleus “ yang mirip dari telur tadi. Kedua pronukleus bersatu membentuk sebuah inti
zigot diploid, maka fertilisasi selesai. Dalam waktu yang singkat pembelahan
mitosis yang pertama dari sel akan terjadi dan perkembangan embrio akan mulai.
Daftar
Pustaka
Kimball, John W. 1990. Biologi Jilid
2.Jakarta : Erlangga
http://biologimediacentre.com/sistem-reproduksi-1-reproduksi-pada-hewan/
http://ceritabiologi.wordpress.com/2012/07/25/gametogenesis-pada-hewan/
http://ddayipdokumen.blogspot.com/2013/10/mamakalah-sistem-reproduksi-hewan.html
http://kairens.wordpress.com/2013/04/18/alat-reproduksi-pada-vertebrata/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar