Kamis, 23 Januari 2014

SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN (BETINA)



SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN (BETINA)


 







             Nama Kelompok   :                       1. Abdul Rokhim
                                                                        2. Ayu Indah Lestyani
                                                                        3. Dea Refnyantie
                                                                        4.  Dewinta Sari Sunarya
                                                                        5.  Dwi Pusparini
                                                                        6. Grendy Utama
                                                                        7. Jahratul Majida
                                                                        8. Linda Wati
                                                                        9. Roby Yahya
                       
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
JAKARTA
2013

A.    Mekanisme Reproduksi
Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual. Konsep reproduksi aseksual tidak dapat didefenisikan dengan tepat (karena terlalu banyak variasi), tetapi jelas bahwa proses ini tidak berkaitan dengan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara :
ü  Membelah diri (pembelahan biner),  yaitu pembelahan diri dari satu sel menjadi dua sel baru. Misalnya, terjadi pada Protozoa.
ü  Fragmentasi, yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan selanjutnya membentuk koloni sel baru. Misalnya, terjadi pada Volvox.
ü  Sporulasi atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium (penyebab malaria) pada fase oosit. Oosit akan membelah dan selanjutnya akan menghasilkan sporozoit.
ü  Pembentuhan tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifera
ü  Dengan regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya bagian tadi dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap. Misalnya pada Planaria dan Bintang Laut
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara seksual pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
ü Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
ü Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
·         Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya Paramecium.
·         Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Sedangkan pada Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Bila terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya pada ikan dan katak. Bila pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi interna. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:
ü Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
ü Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis ular.
ü Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan menyusui lainnya.

B.     Susunan Fungsional Organ Reproduksi pada Hewan
Pada hewan yang masih primitif, jaringan yang menghasilkan sel gamet tersusun menyebar (difus). Jaringan ini terdiri atas sejumlah sel lokus yang berfungsi untuk perbanyakan sel kelamin. Pada hewan yang perkembangannya sudah lebih maju, bentuk dan lokasi gonad sudah lebih jelas, terletak simetris bilateral, dan biasanya merupakan organ berpasangan.
Kadang-kadang salah satu gonad mengalami degenerasi, seperti yang ditemui pada burung betina. Pada hewan ini, ovarium yang berkembang hanya bagian kiri, sedangkan burung jantan tetap memiliki sepasang testis.
Ovarium dan testis merupakan organ penghasil gamet yang terbentuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel khusus, yaitu sel benih primordial, yang terdapat dalam gonad (ovarium atau testis). Gamet ini selanjutnya akan berkembang menjadi sel benih.

C.    Gametogenesis pada Hewan (Betina)
Gametogenesis pada hewan betina disebut oogenesis. Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum), yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Umumnya tahap-tahap oogenesis serupa dengan spermatogenesis.
Sel induk telur (oogonium) menjadi besar sebelum membelah secara meiosis. Sel yang menjadi besar ini disebut oosit primer. Akan tetapi, dibandingkan spermatogenesis, ada dua perbedaan utama pada oogenesis. Pertama, sel oosit primer jauh lebih besar karena mengandung komponen sitoplasmik lebih banyak. Kedua, dua oosit sekunder (hasil pembelahan meiosis I) berbeda ukuran dan fungsi. Salah satu sel oosit sekunder memiliki ukuran lebih besar. Sel oosit sekunder yang berukuran lebih besar ini akan melakukan meiosis II yang hanya akan menghasilkan satu uvum (sel telur) yang sehat dan fungsional dan satu badan kutub yang akan mengalami degenerasi. Sedangkan sel oosit sekunder yang berukuran lebih kecil (badan kutub pertama) juga mengalami degenerasi (mati). Dengan demikian, dari total empat sel haploid hanya satu sel haploid saja yang fungsional menjadi sel ovum, sedangkan tiga sel lainnya mengalami degenerasi.

oogenesis.jpg 









D.    Sistem Reproduksi pada Vertebrata (Betina)
1.   Pisces
a.       Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
b.      Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka.

2.   Amphibi
a.       Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
b.      Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.

3.   Reptil
a.       Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b.      Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.



4.   Aves
a.       Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b.      Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.

5.   Mamalia
a.       Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di dalam rongga pelvis.
b.      Saluran reproduksi, pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang uterus yang mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus, dan vagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka kearah rongga selom.
    Ada 4 macam tipe uterus:
ü  Dupleks  :  uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina.
ü  Bipartil  :  uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satui lubang.
ü  Bikornuat  :  bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang.
ü  Simpleks  :  semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.

E.     Fertilisasi
Proses fertilisasi mulai bila sperma benar-benar melekat pada telur. Untuk itu, sperma melepaskan enzim pencerna yang membuat lubang pada lapisan protein pelengkap dan pada beberapa spesies pada sel-sel folikel saja, yang biasanya menyelubungi telur. Kemudian sel sperma memasuki telur. Telur dalam hal ini terlihat memainkan peran penting, karena sperma terlihat tertarik kedalam. Masuknya sperma di ikuti oleh suatu perubahan cepat dan dramatik dalam telur itu sendiri. Unsur sitoplasmanya di susun kembali dengan cepat. Pada katak, granula-granula tertentu dalam sitoplasma terlihat pada permukaan telur dalam pita yang di sebut bulan sabit kelabu.
Pada banyak telur, perubahan yang terjadi karena masuknya sebuah sperma, ialah dengan cepat merintangi masuknya sperma lainnya. Bagaimana ini terjadi tidak sepenuhnya diketahui. Pada hewan dengan telur besar, seperti reptilia, burung dan cungur  bebek platikus, hal itu tidak terjadi sama sekali. Meskipun banyak sperma dapat masuk kedalam telur-telur ini, hanya satu memberikan nukleusnya (intinya) pada bakal zigot. Pada setiap kasus, masuknya sebuah sel sperma juga merangsang menyelesaikan pembelahan meiosis ke 2 , dan terbentuklah sebuah badan kutub kedua.
Peristiwa terakhir dalam fertilisasi, ialah ketika kepala sperma mambesar membentuk sebuah “pronukleus” dan bergerak ke “pronukleus “ yang mirip dari telur tadi. Kedua  pronukleus bersatu membentuk sebuah inti zigot diploid, maka fertilisasi selesai. Dalam waktu yang singkat pembelahan mitosis yang pertama dari sel akan terjadi dan perkembangan embrio akan mulai.










Daftar Pustaka
Kimball, John W. 1990. Biologi Jilid 2.Jakarta : Erlangga
http://biologimediacentre.com/sistem-reproduksi-1-reproduksi-pada-hewan/
http://ceritabiologi.wordpress.com/2012/07/25/gametogenesis-pada-hewan/
http://ddayipdokumen.blogspot.com/2013/10/mamakalah-sistem-reproduksi-hewan.html
http://kairens.wordpress.com/2013/04/18/alat-reproduksi-pada-vertebrata/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar